Serbubayu.blogspot.com, Jakarta - Robot Philae yang diluncurkan dari wahana induk Rosetta sukses mendarat di atas komet Churyumov-Gerasimenko, 12 November 2014, pada pukul 23.05 WIB. Ini adalah kali pertama manusia berhasil menempatkan wahana di permukaan komet yang meluncur dengan kecepatan tinggi. Selain harus menstabilkan gerakan wahana, gravitasi adalah masalah besar yang dihadapi para operator untuk mendaratkan Philae.
Misi Rosetta sudah dirancang 25 tahun yang lalu. Pada 2004, Rosetta meluncur dari Bumi dan memulai misinya memburu Churyumov-Gerasimenko. Misi itu dirancang oleh Badan Antariksa Eropa yang bekerja sama dengan Badan Antariksa Amerika Serikat. Komet itu pertama kali dikenali pada 1969 oleh astronom Uni Soviet Klim Churyumov dan Svetlana Gerasimenko.
Sejak peluncuran, Rosetta dan Philae menempuh jarak lebih dari enam miliar kilometer memburu Churyumov-Gerasimenko. Pendaratan Philae adalah tonggak baru dalam sejarah riset antariksa. "Kami yang pertama melakukannya dan penghargaan itu akan bertahan selamanya," kata Direktur ESA Jean-Jacques Dordain seperti ditulis Guardian, 13 November 2014. (Baca: Robot Ini Sukses Mendarat di Komet )
Keberhasilan Philae mendarat di komet adalah hadiah terbesar bagi para ilmuwan di Pusat Kendali Darmstadt, Jerman. Mendaratkan wahana sebesar kulkas di obyek yang bergerak dengan kecepatan tinggi seperti komet adalah tantangan besar. Komet Churyumov-Gerasimenko mengorbit matahari dengan kecepatan mencapai 135 ribu kilometer per jam. Mereka harus menyesuaikan gerakan wahana dengan komet.
Ketika peneliti ESA menerima citra komet Juli lalu, mereka ragu bisa mendaratkan wahana dengan aman di komet yang berbentuk seperti bebek itu. Permukaan komet juga menjadi masalah karena bentuknya berbukit-bukit. Jika gagal mendaratkan Philae, robot itu berisiko terbalik, terdampar, dan tidak berfungsi lagi.
Rosetta menghabiskan waktu berminggu-minggu terbang mengitari komet untuk memetakan permukaan. Syarat lokasi pandaratan adalah lahan yang datar dan tidak memiliki penghalang batu-batu besar. Lokasi pendaratan juga harus menghadap ke seluruh area komet dan mendapat banyak cahaya matahari supaya Philae bisa mengisi ulang baterainya. Dari lima lokasi pendaratan potensial, operator memilih area seluas satu kilometer persegi di bagian “kepala” komet yang dinamai Agilkia.
Gravitasi juga menjadi masalah besar saat operator berusaha mendaratkan Philae di atas Churyumov-Gerasimenko. Komet itu memiliki gravitasi yang sangat rendah. Philae berisiko terpelanting kembali ke ruang angkasa jika gagal mendarat. Kondisi dan kekuatan material permukaan Churyumov-Gerasimenko pun belum jelas, namun Philae didesain bisa mendarat di permukaan sekeras batu hingga yang lembut seperti tepung.
Butuh waktu tujuh jam untuk mendaratkan Philae di atas Churyumov-Gerasimenko. Informasi yang diterima Pusat Kendali dari Philae menyebutkan kaki-kaki robot itu melesak sekitar 4 sentimeter saat mendarat. Hal itu menandakan permukaan komet cukup lunak. Philae dilengkapi dengan harpun kembar untuk menambatkan wahana.
Kepala Operasional Misi ESA Paolo Ferri mengkonfirmasi harpun berhasil ditembakkan, namun belum jelas apakah menembus permukaan komet. Jika gagal, para operator mempertimbangkan menembak ulang harpun yang bisa mengamankan posisi Philae di atas permukaan komet. Ada pun sekrup-sekrup di kaki Philae dikabarkan bekerja dengan baik sehingga robot itu tertambat di permukaan komet. Dalam misi yang berjalan hingga Maret tahun depan, Philae akan mengumpulkan dan menganalisis sampel tubuh komet Churyumov-Gerasimenko.
SUMBER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar